Jika sebuah kota yang hidup ditandai dengan riuhnya hilir-mudik manusia menjalankan aktivitas, tubuh pun memiliki sel-sel darah yang mengalir laksana lalu lintas mikro. Pembuluh menyalurkan darah hilir mudik sebagaimana jalanan mengantarkan kendaraan bermotor berlalu-lalang tak kenal henti. Jantung yang memompa, menjadi terminal pendorong sel darah untuk menjangkau organ-organ hingga ke ujung terjauh, mengantarkan logistik yang kepentingannya sungguh tak terkira. Oksigen, gula, lemak, dan berbagai limbah seperti karbondioksida diantarkan ke bagian-bagian tubuh dengan cermat tanpa kekeliruan.

Dalam kehidupan perusahaan, darah adalah metafora sempurna dari karyawan, yaitu mereka yang secara riil menjalankan aktivitas bisnis dan menjadi kunci eksistensi. Perusahaan yang kurang darah, akan mengalami kesulitan, bahkan untuk sekedar mempertahankan tingkat kualitas produk dan layanan seperti hari-hari sebelumnya. Era persaingan sadis yang sangat terbuka nampaknya hanya memiliki sedikit toleransi pada perusahaan yang tidak mampu terus menerus bergulat melawan kenaikan kualitas. Sehingga jika tidak awas kita mengawalnya, maka tanpa ampun gelombang bisnis di era baru ini akan menggilas kita. Kurang darah disini bisa berarti jumlah karyawan kurang, kompetensinya yang tidak mencukupi, atau motivasi melempem. Jika Anda sedang gemas karena berbagai ide strategi yang anda lontarkan tidak disambut dengan antusias, atau tidak bisa dieksekusi dengan cepat, maka anda perlu cek laboratorium, curigalah perusahaan Anda sedang kurang darah.

Kecepatan kemajuan teknologi yang super eksponensial secara logis berdampak pada cepatnya pengetahuan menjadi obsolete, ketinggalan jaman. Dalam shifthappens, dikemukakan bahwa tak jarang mahasiswa mendapati ilmu yang dipelajari di awal kuliah sudah usang menjelang mereka lulus. Bayangkan bagaimana jadinya jika sebagian besar karyawan di tempat kerja Anda berusia diatas 35 tahun dengan masa kerja lebih dari 15 tahun dibekali dengan pelatihan yang sekadarnya selama bertahun-tahun. Tentu era sudden shift akan membawa gegar mindset, gegar cara kerja.

Dengan cara kerja saat ini, apakah perusahaan mampu bertahan?. Kita perlu belajar dari perusahaan-perusahaan yang rontok. Bahkan perusahaan raksasa sekaliber Nokia saja bertekuk lutut di hadapan kecepatan teknologi dengan segala kompleksitasnya. Maka mumpung masih memungkinkan, kita usahakan untuk merubah kondisi kurang darah menjadi lebih segar. Berikut beberapa resep saya untuk menyuntikkan darah segar dalam perusahaan.

Pertama, secara aktif libatkan gen Y dalam menciptakan ide-ide perubahan. Generasi baru ini sering dianggap kurang pengalaman, kurang kebijaksanaan, kurang perhatian, kurang daya tahan dan berbagai label negatif lainnya. Dengan perspektif seperti ini, saya banyak menemukan perusahaan yang berakhir dengan frustasi, baik para pimpinannya, maupun generasi mudanya. Namun penting kita pahami bahwa perusahaan hidup untuk masa depan, bukan untuk masa lalu. Generasi ini adalah generasi yang dibesarkan dengan cara kerja dan mindset baru. Oleh karenanya perlu dirangkul dan difasilitasi. Energi dari anak-anak muda apabila disinergikan dengan pengalaman para senior tentu akan memberi warna baru bagi perusahaan, yang lebih mencerahkan.

Kedua, beranikan diri untuk jalan-jalan melihat praktek bisnis di industri lain, bahkan yang terlihat sangat berbeda dengan bisnis Anda. Selama ini dalam persaingan mata kita tak pernah lepas dari pesaing terdekat. Hakekatnya, jika habis waktu kita untuk memperhatikan gerak-gerik pesaing, tak ada waktu lagi untuk keluar mencari insight dan ide inovasi baru. Sesekali undanglah pakar industri penerbangan, retail, perhotelan, gamelan, pesulap, atau bahkan atlet sekalipun. Fokuslah pada lessons learned dan aplikasinya pada perusahaan dan bisnis Anda.

Terakhir yang bisa disampaikan dalam tulisan singkat ini adalah, muluskan jalan bagi ide-ide baru untuk direalisasikan dan jangan lupa membuat jaring pengamannya. Banyak ide yang kemudian berakhir di rak proposal atau berakhir tragis dengan keluarnya champion karena salah mengelolanya. Hampir semua ide yang menjadi disruptive innovation, mengguncangkan lansekap industri datang dari hal-hal yang dipandang gila dan sebelah mata. Oleh karena itu, aplikasi manajemen resiko yang proporsional menjadi penyeimbang agresivitas inovasi.

Jika sejenak kita refleksikan tulisan ini pada perusahaan kita, maka akan ada tiga keadaan yaitu segar bugar, gejala kurang darah, atau sudah masuk ICU. Bersyukurlah bagi perusahaan yang siap start, melambung di era baru ini, dan semoga sukses melakukan transfusi darah bagi perusahaan yang membutuhkan.

*      *     *

Artikel ini dimuat di Majalah SINDO weekly edisi 13 Maret 2016