Di tanah itu, tadinya, naga dianggap sebagai musuh manusia. Penduduk Viking berlomba membuktikan diri sebagai yang paling berani dengan cara memburu, menangkap, dan jika bisa membunuhnya. Namun semua berubah ketika seorang remaja menemukan cara lain melihat sisi baik naga-naga tersebut, sehingga akhirnya naga dan manusia dapat hidup berdampingan secara damai dan saling melindungi. Dialah Hiccup, tokoh utama dari film How to train Your Dragon 1 dan 2.
Hollywood memang paling jago menciptakan film-film hebat yang komersial. Berbekal plot cerita dan teknik animasi yang mengagumkan, sekuel how to train your dragon telah meraup lebih dari 646 juta dollar per Juni 2014. Tapi selain dari nilai komersialnya yang fantastis itu, saya ingin melihat dari sisi yang lain. Cerita utama dari film ini adalah seorang pemuda yang berani berbeda, mempertanyakan kelaziman lingkungan, berjuang untuk suatu ide pembaharuan, dan pada akhirnya berhasil mengubah cara pandang lingkungannya.
Adalah fitrah pemasar muda untuk meninggi imajinasinya. Generasi baru yang hidup di jaman digital dan demokratis seperti saat ini, lazim memiliki jiwa bebas dan kreatif. Energi, semangat yang berapi-api, dan kreativitas melintas batas merupakan perpaduan yang sempurna untuk membentuk para pemasar muda menjadi cikal bakal pendobrak dalam organisasi.
Namun sayangnya, tidak semua pemasar muda memiliki kombinasi karakter seperti di atas. Banyak juga pemasar muda yang masih terpenjara pola pikirnya dengan cara pandang lama tanpa melakukan kritisi. Hal ini jika dibiarkan, akan membentuk karakter muda yang memiliki kreativitas terbonsai. Tidak berani keluar dari kebiasaan, semakin lama semakin nyaman dalam confort zone, dan akhirnya bahkan menjadi bagian dari organisasi pemasaran yang resisten dengan perubahan. Sungguh disayangkan.
Oleh karena itu, adalah menjadi tugas para pemasar muda, sebagai bagian dari penempaan kualitas dirinya, untuk selalu mengasah pemikiran kritis. Pemikiran kritis ini adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dari sudut yang berbeda, yang meminjam istilah yang dipakai Peter Fisk (2014), seeing things differently.
Ada beberapa latihan sederhana yang dapat mengasah kemampuan ini. Pertama, ajukan pertanyaan-pertanyaan berikut ketika melihat suatu masalah atau solusinya. Pertanyaan tersebut adalah “what if” dan “what else”. Pertanyaan tersebut menantang asumsi-asumsi yang digunakan sekaligus menuntun pada terbukanya alternatif-alternatif baru yang sangat berharga.
Kedua, cobalah untuk melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dari rutinitas atau kebiasaan kita. Pilih jalan yang berbeda ketika berangkat ke kampus, coba makanan-makanan baru yang belum pernah anda rasakan, hang-out dengan kelompok baru selain geng Anda, dan berbagai hal lain yang mendobrak kebiasaan Anda. Hal ini akan melatih mindset kebaruan yang bukan sekedar eksis di mulut, namun muncul dalam perilaku yang akhirnya menjadi gaya hidup.
Yang terakhir, kreativitas untuk melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dan komprehensif hanya bisa didapat jika kita memiliki pengetahuan yang melimpah. Oleh karenanya, penting buat kita untuk selalu menambah pengetahuan. Baca beraneka majalah, buku, tonton beraneka acara televisi, dan berdiskusi dengan berbagai tokoh. Dengan demikian bahan bakar berpikir kritis selalu tersedia dalam mega hard disk di kepala kita. Selamat mencoba dan salam semangat pembaharu!
* * *
Dimuat di majalah Youth Marketers Edisi 15, Juli 2014
No Comment